Hi there, how have you been? It's been quite long time huh.
I just want to share a bit about my favorite sport, yeah it's table tennis or so called ping-pong.
Yesterday I just played ping-pong again after such a long long time. Since I moved to Jakarta for college, I didn't do much sport anymore. I did went to the gym or swimming quite some time before, but right now..hmmfftt.. no more physical activities at all. (oh, I feel weak) It's just because currently live in Kebayoran Baru, I did walked around the neighborhood on Sunday during the car free day (2 times only so far! :P)
Alright, back to the main topic. So I played ping-pong yesterday with my friend at Regatta Apartment, Pantai Mutiara (It is a very nice place btw). I played there because my friend's grandparents lives there so we could use the facilities all free :D
I love ping-pong a lot, I don't know why. I just feel happy when I play it. There is no burdened feeling like when I exercise at the gym. It's always different right when you do the things you love so much, it flows naturally without effort. I don't play that really well, very far from expert, even too bad to be called an intermediate one. But since yesterday after I finally started to play again, there is a strong intention inside me that pushes myself to start practicing it regularly. I then today searched some tutorial about how the professional players play, I soaked myself into the basic things I need to know about table tennis. Oh geez, nothing in this world is easy. Even the most fun thing for me, such as playing ping pong, is quite difficult if I want to learn it correctly be a master of it.
So I wanted to practice regularly and "correctly" right, then I was looking for a table tennis club near my place, and I found some clubs that practice at Senayan, Kemang, and Gatot Subroto. I contacted the person in charge and delivered my intention to join the club, but then another obstacle was coming. All the members are ALL MALE, unfortunately. Gosh, how could I handle this situation. I think I would be a little awkward to just randomly come there by myself and joined the guys in the club without having any fellas with the same gender with me. It's not that I'm a sexist, I just don't feel comfortable if I have to be alone among those "om-om" with sweaty sport-shirts and must be mostly all experts while I'm only a little girl with almost zero skills in ping pong >.<
Oh why all the girls prefer to go the gym and have an aerobic class rather than play pingpong? *cry under the shower* T_T
Btw, today I have such a terrible muscle-ache because of yesterday's playing, especially around my waist, butt and thigh. It shows how weak my body is... and how rare I trained my physical body so that all my muscle were shocked over a little exercise. Buhuhu.
However, it was all fun and I enjoyed yummy seafood, drink hot mint tea with quite nice view of the sea at Jet Ski Cafe. I call it quite a Sunday :)
Cheers,
Liz
Monday, October 26, 2015
Saturday, May 9, 2015
Life is a place to play and having fun
Life life life... if we take a look at the people around us, we could see... there are sooooo many kind of versions of life!
Have you ever imagine living a life as the policeman? Or the grocery aunt? That busy dentist? The CIA agent? The clown? That actress? The street food guy? Or the cosmetic store girl?
That happy family guy? A rich wife? Or a divorced widow with two kids?
A male? Female? A gay? A lesbian? A bisexual? A transgender?
Or have you ever imagine living in a totally different place from your home now? Like in Venice? Canada? Nigeria? India?
A small town? Big city? Cold place? Hot place? Modern country? Poor country?
Or even in a different time like the 80's? 20's? Or before century?
And so on and so on.... You can start imagining now and it's up to you!
We just live our tiny kind of life right now as 'us', our own version of life. And we are just a little part of the human community.
Every person walks through different path, has different education, has different ability and senses... so every person has different point of view. My 'red' is probably totally different from your kind of 'red'. Since even we could see different colors in #thedress at the same time and place.
So, whatever life might bring you into... Whatever others' opinions are... just don't take it too harshly. And don't judge.
Sometimes we're just different and can't get together... just naturally like water and oil. Accept it, and continue the life we each live in.
So why now we live a life like this? I don't know... yet.
Still figuring it out though.
But all i know is that in this current life, we should enjoy each moments with happiness.
"Shujo sho yuraku" means: life is a place to play and having fun. -Nichiren Buddha-
Have you ever imagine living a life as the policeman? Or the grocery aunt? That busy dentist? The CIA agent? The clown? That actress? The street food guy? Or the cosmetic store girl?
That happy family guy? A rich wife? Or a divorced widow with two kids?
A male? Female? A gay? A lesbian? A bisexual? A transgender?
Or have you ever imagine living in a totally different place from your home now? Like in Venice? Canada? Nigeria? India?
A small town? Big city? Cold place? Hot place? Modern country? Poor country?
Or even in a different time like the 80's? 20's? Or before century?
And so on and so on.... You can start imagining now and it's up to you!
We just live our tiny kind of life right now as 'us', our own version of life. And we are just a little part of the human community.
Every person walks through different path, has different education, has different ability and senses... so every person has different point of view. My 'red' is probably totally different from your kind of 'red'. Since even we could see different colors in #thedress at the same time and place.
So, whatever life might bring you into... Whatever others' opinions are... just don't take it too harshly. And don't judge.
Sometimes we're just different and can't get together... just naturally like water and oil. Accept it, and continue the life we each live in.
So why now we live a life like this? I don't know... yet.
Still figuring it out though.
But all i know is that in this current life, we should enjoy each moments with happiness.
"Shujo sho yuraku" means: life is a place to play and having fun. -Nichiren Buddha-
Saturday, December 27, 2014
Saya Kini Dokter Gigi
Heyhoooo... masih ingat tentang tulisan saya terdahulu “Saya
Kini Mahasiswa” ???
Yess..ini adalah
sequelnya...hehehe
Tak terasa sudah 5
tahun berlalu sejak kala itu saya mulai menjalani perkuliahan di ibukota, kini
saya telah lulus sebagai dokter gigi!! :D
Perjuangan untuk
mendapatkan gelar drg bisa dikatakan cukup panjang dan penuh dengan lika-liku,
mulai dari fase awal menjalani orientasi kampus, perkuliahan pre-klinik,
praktikum, diskusi PBL, tugas-tugas menggunung, praktikum, skripsi penelitian,
per-koass-an, ujian tiap departemen, ujian komprehensif, hingga uji kompetensi!
Jalan yang tidak mudah dan penuh keringat serta air mata.
Teman-teman sejawat
saya yang telah melewati fase yang sama pasti setuju dengan hal itu.
Namun di atas semua
usaha dan jerih payah yang telah dikeluarkan, apa yang didapat pada akhirnya
terasa indah :)
Terima kasih yang
sebesar-besarnya saya ucapkan kepada alam semesta, kedua orang tua saya,
keluarga saya, para dosen, pasien-pasien, para karyawan, serta teman-teman
(terutama teman seangkatan saya FKG UI 2009), dan berbagai pihak yang belum
tersebut, atas jasa-jasa kalian yang tidak bisa saya deskripsikan dengan
kata-kata. Tanpa adanya kalian, saya tidak mungkin bisa melewati proses
pendidikan ini hingga sekarang.
Yak! Saya kini dapat
dengan lantang menyatakan, SAYA ADALAH DOKTER GIGI :D
Nammyohorengekyo.
drg. Lilis Iskandar
Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia
2009-2014
Tuesday, July 8, 2014
Aku dan Agamaku, Mengapa Buddha.
Saya di sini tidak
sedang mempromosikan agama Buddha, tidak pula berupaya melakukan kampanye hitam
terkait agama yang lain, ataupun berusaha menarik orang-orang untuk memeluk
agama Buddha.
Mengapa? Karena
agama adalah suatu relasi yang paling intim antara dirimu dengan dirimu yang
sesungguhnya, alam semesta, kekuatan luar biasa di alam semesta, atau mungkin
sebagian orang menyebut-Nya dengan Tuhan. Tidak ada yang bisa mendikte di mana
hatimu akan berada, karena itu ada di mana ia harusnya berada. Hanya kamu dan
dirimu yang tahu apa yang sesuai untukmu.
Saya hanya ingin berbagi
sedikit tentang pemikiran saya dan perenungan hati saya terkait spiritualitas
pribadi saya (ya, karena ini blog pribadi saya). Saya kini berusia 23 tahun,
usia yang cukup matang buat saya karena saya merasa telah menemukan karakter
dan jati diri saya, termasuk di dalamnya tentang keyakinan.
Sejak kecil saya
dibesarkan dalam keluarga sederhana, pekerja keras, berwatak keras, mandiri namun cukup liberal dan penuh kasih sayang. Kedua orang tua saya mendidik saya dengan dasar agama
Buddha, yakni lebih spesifiknya adalah Nichiren Shoshu Buddhism yang menyebut
Nammyohorengekyo. Dari saya bayi hingga remaja saya selalu diajak ke Wihara
untuk ikut beribadah (meskipun saya hanya kebanyakan bermain dan tidak mengerti
apa-apa). Ya, kedua orang tua saya cukup rajin dalam beribadah.
Karena sulit menemukan sekolah yang baik di kota kecil saya (Jambi), saya sedari TK disekolahkan di sekolah Katolik, yakni TK dan SD Xaverius 2 (karena juga dekat rumah), lalu lanjut ke SMP dan SMA Xaverius 1 (karena sekolah terbaik). Ketika SD dan awal SMP, sempat terbersit dan sangat besar keinginan saya untuk ikut ke gereja bersama-sama teman saya, sepertinya menyenangkan.
Karena sulit menemukan sekolah yang baik di kota kecil saya (Jambi), saya sedari TK disekolahkan di sekolah Katolik, yakni TK dan SD Xaverius 2 (karena juga dekat rumah), lalu lanjut ke SMP dan SMA Xaverius 1 (karena sekolah terbaik). Ketika SD dan awal SMP, sempat terbersit dan sangat besar keinginan saya untuk ikut ke gereja bersama-sama teman saya, sepertinya menyenangkan.
Jujur saja, saya ketika
kecil adalah anak yang pemalu dan sangat gengsian. Saya tidak merasa “KEREN”
ataupun “BANGGA” menjadi seorang Buddhist, yang mana sebenarnya saya juga belum
bisa dibilang Buddhist karena tidak mengerti apapun dan hanya ikut orang tua.
Citra agama Nasrani seperti Katolik atau Kristen (di lingkungan sosial saya)
bisa dikatakan cukup baik, di mana mereka yang memeluk agamanya dan pergi ke
gereja terlihat keren saat itu buat saya (well, mungkin hingga saat ini masih terlihat keren bagi
sebagian orang); sedangkan orang beragama Buddha yang pergi ke Wihara itu
terlihat kuno dan tahayul, apalagi agama Buddha Nichiren Shoshu bukanlah sekte
yang banyak dikenal banyak orang.
Saya kecil, ketika
berumur kurang lebih 12 tahun, pernah mengemukakan keinginan saya untuk pergi
ke gereja kepada orang tua saya. Saya mengatakan ingin ikut teman untuk sekolah
Minggu. Orang tua saya saat itu tidak mengizinkan, dan malah menyuruh saya
pergi ke Wihara dan ikut kegiatan generasi muda di sana. Terus terang saja saat
itu saya sempat kesal dan sedikit marah, namun apa daya saya tidak bisa melawan
kehendak orang tua saya. Saya akhirnya dengan terpaksa mengikuti ibadah serta diskusi
ceramah mingguan untuk generasi muda di Wihara saya. Dari sana, saya
pelan-pelan diajarkan tentang dasar-dasar agama Buddha dan segala macam tentang
Dharma (ajaran agama Buddha). Beruntungnya, saya adalah tipe orang yang suka
belajar; pada saat itu ajaran Buddha adalah hal yang cukup menarik bagi saya
sehingga saya terus bertanya dan belajar lebih dalam.
Seiring berjalannya
waktu, saya yang awalnya terpaksa ikut kelas Dharma karna disuruh orang tua,
menjadi semakin mencintai kelas tersebut. Saya dengan sendirinya selalu ingin
datang dan belajar lebih jauh tentang Buddhism. Bagi saya yang awam dan penuh
dengan pertanyaan konyol tentang kehidupan dan alam semesta, Buddha Dharma
memberikan semua jawaban. Tidak ada pertanyaan yang tidak dapat dijelaskan oleh
Buddha Dharma, dan semua jawaban itu tampak paling masuk akal dan selaras dengan
jalan pikiran kewajaran saya dibandingkan dengan semua versi cerita yang pernah
saya dengar di pelajaran agama sekolah ataupun cerita lainnya. Semakin hari,
semakin dalamlah pemahaman saya tentang agama Buddha.
Seiring dengan
proses pembelajaran saya dan pelaksaan ibadah atau meditasi yang rutin saya
jalankan, mulailah muncul segala macam kejadian dalam kehidupan saya yang
membuktikan kebenaran Buddha Dharma. Dengan demikian, secara otomatis keyakinan
saya pun pasti semakin bertambah tentang ajaran agama ini. Bagaikan anak kecil
polos yang tak tahu apapun tentang dunia, lalu diberi makanan bergizi setiap
hari dengan dikatakan bahwa makanan tersebut dapat membuatnya sehat dan tumbuh
besar; lalu ia tumbuh dewasa dan sehat, serta merta membuktikan kebenaran pernyataan
dan pelaksanaa dari proses memakan makanan bergizi tersebut, maka yakinlah ia
akan kebenarannya. Kurang lebih itulah yang saya alami.
Meskipun kurang
lebih dari SMP hingga SMA saya benar-benar mendalami ajaran Buddha Nichiren
Shoshu dan telah sangat yakin terhadap kebenarannya, hal tersebut tidak lalu
menutup mata saya dan membuat saya berhenti belajar. Ketika saya masuk kuliah
di UI, di semester pertama saya mendapat mata kuliah agama Buddha dan saya
tergabung dalam KMBUI (Keluarga Mahasiswa Buddhist Universitas Indonesia), di
mana pengetahuan saya terkait agama Buddha sekte lain dan secara keseluruhan semakin
bertambah dan pikiran saya semakin terbuka lebar.
Sudah saya katakan
bahwa saya adalah tipe orang pembelajar, dan juga saya suka belajar banyak hal
dari berbagai sudut pandang. Saya tidak mudah percaya terhadap suatu pernyataan
dari satu pihak sebelum saya membuktikannya sendiri. Sejak duduk di bangku
kuliah, saya semakin memperdalam banyak ajaran agama dan filosofis dari berbagai
sumber, terutama buku dan internet. Saya mempelajari tidak hanya agama Buddha
sekte lain, sejarah agama Buddha sejak awal, hingga seluruh ajaran agama lain
pun saya pelajari mulai dari Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Konghucu, Judism,
bahkan paham-paham Atheism dan Liberalism. Saya juga memperdalam (karena saya
juga sangat tertarik) terhadap ilmu-ilmu filosofi, psikologi, astronomi,
metafisika, dan fisika kuantum.
Jangan sebut saya
maniak, tetapi tidak bisa dipungkiri saya memang tertarik ke arah sana, mungkin
kamu akan mengerti jika melihat rak buku saya, hehehe.
Setelah lama saya
berkutat dan semua ajaran tersebut, pikiran saya menjadi terbuka dan semakin
tidak dapat men-judge seseorang dan sesuatu, apapun itu, termasuk agama.
Saya dapat katakan
bahwa menurut pendapat saya pribadi, semua agama itu tujuan utamanya 1, yaitu
agar kita dapat hidup damai dan bahagia selaras dengan alam semesta (atau
beberapa orang menyebutnya ‘bersatu dengan Tuhan’). Setiap agama juga berusaha
menjawab segala pertanyaan mendasar kita tentang eksistensi di dunia ini.
Bagaimana cara penyampaiannya? Semua memiliki versi sendiri-sendiri. Mengapa
terjadi perbedaan? Karena kita sebagai manusia tidak dapat menjelaskan hakikat
alam semesta dengan kemampuan indrawi yang kita miliki saat ini; ibarat orang
yang belum pernah mengetahui bagaimana rasa durian secara pasti jika tidak
langsung mencicipinya. Sebut saja kamu sudah berusaha sekuat tenaga menjelaskan
dengan kosa kata yang kita punya seperti “Hmm...Durian itu rasanya manis,
sedikit pahit, ada aroma menusuk khas, hmmm... ya begitulah” Kita tidak akan
pernah bisa menjelaskan secara tepat tanpa menyuapi durian itu sendiri kepada
orang yang tidak tahu tersebut!! Sayangnya, keterbatasan indrawi kita saat ini
sebagai manusia di bumi, belum mampu mengerti seutuhnya apa itu “Tuhan”, apa
itu alam semesta, berapa luasnya, berapa kecilnya, apa itu waktu, bagaimana
keadaan dimensi lain, dan lain sebagainya.
Karena hal tersebut
di luar kemampuan dan kendali kita, maka agama memberikan esensi penting yang
dapat kita jalankan, yakni berusaha sebaik mungkin menjalani fase kehidupan
kita sebagai manusia saat ini, yakni dengan berbuat kebaikan.
Lagi, bagaimana
agama dapat memotivasi kita agar sadar dan dapat berbuat kebaikan sehingga
dapat hidup selaras berdampingan dalam kehidupan ini, akan saya berikan dalam
analogi sebagai berikut. Bagaikan seorang ibu yang ingin anaknya menghabiskan
makanannya agar anaknya dapat sehat, berusahalah sang ibu untuk membujuk
anaknya agar ingin makan. Cerita apa yang akan diberikan, dan bagaimana
penerimaan si anak terhadap upaya sang ibu, sangat tergantung dari bakat kecerdasan
dan penerimaan si anak.
Ada anak yang dengan
bakatnya dapat langsung mengerti dan menerima ketika dijelaskan secara apa
adanya oleh sang ibu bahwa jika ia makan makanannya maka nutrisi dari makanan
berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral adalah dapat
memberikan energi dan menunjang sistem imunnya agar ia dapat sehat dan
beraktivitas; Ada pula anak yang tidak akan mengerti dan menurut jika
dijelaskan demikian sehingga tidak memakan makanannya. Namun demikian, sang ibu
karena sangat cinta terhadap anaknya, akan terus mencari cara agar anaknya
dapat makan. Ada ibu yang menceritakan bahwa jika ia tidak makan, nanti nasinya
akan menangis dan petani yang menanamnya juga akan menangis; lalu dengan belas
kasihan seperti itu maka si anak akhirnya makan juga. Ada pula anak yang masih
juga tidak peduli dan tetap tidak mau makan. Sang ibu pun tidak kehabisan akal,
ia lalu menggunakan teknik ancaman, bahwa jika si anak tidak makan, nanti
lidahnya akan dipotong. Atas dasar rasa takut seperti itu, akhirnya si anak
bandel ini makan juga.
Yang mau saya sampaikan di sini, pada akhirnya ketiga anak
tersebut mencapai tujuan yang sama, yaitu makan dan tumbuh sehat! Perihal
caranya bagaimana, semua tergantung dari penyampaian sang ibu dan kemampuan
penerimaan si anak.
Lalu mengapa saya memilih Buddhism?
Saat ini, menurut saya, ajaran agama Buddha adalah ajaran yang
paling mendekati hal yang sesungguhnya, di mana sang ibu mencoba menjelaskan
segala sesuatunya dari sudut pandang sebenarnya tanpa ditutup-tutupi agar
terlihat lebih menarik ataupun menimbulkan rasa takut. Buddhism juga tidak
pernah memberikan dogma kaku yang tidak boleh dipertanyakan atau dilawan; Buddha
mengatakan EHIPASSIKO, yakni datang dan buktikanlah! Buddha menganjurkan kita
agar tidak langsung percaya terhadap apapun yang kita dengar sebelum kita
membuktikan dan merasakan bahwa itu benar adanya. Buddhism juga tidak pernah
memberikan ajaran yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan, segala sesuatunya
selaras dengan sains dan mayoritas dapat diterima secara nalar karena merupakan
perihal kewajaran. Inti ajaran Buddha adalah mengajarkan cara untuk dapat sadar
penuh; dengan kesadaran penuh, kita dapat mengerti tentang hukum sebab-akibat
(karma), kita dapat mengerti harmoni alam semesta dan berperilaku yang sesuai
dengan sifat alam semesta, yaitu cinta kasih.
Saya saat ini sebenarnya cukup sedih melihat beberapa generasi
muda Buddhist yang belum mendalami dan memahami hakikat ajaran Buddha yang
sangat agung ini lalu memutuskan untuk pindah agama. Rasanya ingin berbagi
tentang pemahaman Buddhism yang sangat mencerahkan hati ini terhadap semua
orang! “Hey teman, kau telah memiliki obat yang paling manjur, ibu yang paling
jujur dan baik, sayang kau belum menyadarinya!”
Yah, namun saya juga percaya bahwa segala sesuatunya itu ada
sebab dan jodohnya, jadi biarkanlah alam semesta berjalan seperti apa adanya.
Dapat berjodoh dengan ajaran agama Buddha, apalagi memahaminya
di kehidupan saya saat ini merupakan suatu kebahagiaan terbesar. Saya sangat
berterima kasih terhadap kedua orang tua saya, serta semua pihak yang
senantiasa selalu mengajarkan dan membimbing saya.
Saya saat ini dapat dengan lantang menyatakan bahwa SAYA
ADALAH SEORANG BUDDHIST, dan saya BANGGA dengan itu.
Siapapun yang berusaha memaksa saya untuk melepas keyakinan
saya terhadap Buddhism dan membuat saya percaya terhadap keyakinannya, mohon
maaf sekali, saya bukannya tidak mau, tetapi saya TIDAK BISA; karena inilah
keyakinan tulus yang lahir dari dalam diri saya sendiri. Dan saya, tidak
mungkin dapat membohongi diri saya sendiri.
Semoga kita semua dapat mencapai pencerahan sempurna,
Nammyohorengekyo.
Saturday, June 28, 2014
Show Your Love
Her name is
Rose. She is 91 years old; in a couple of days later will be 92.
She was
just having a stroke attack... But she’s still excited about celebrating her
upcoming 92.
She came to
the hospital alone. She is literally alone, yes ALONE in this present time in
this world.
She used to have parents, 5 brothers, 5
sisters-in-law, 1 sister, and 1 brother-in-law; but they’re all gone. Rose is
solitary in her life, and she’s 91 years old with a stroke.
That a short real story I just watched in TV
program at NatGeo channel called ‘24 hours in A&E’ (Accident and Emergency),
a British medical documentary set in King’s College Hospital.
What’s interesting about that? Well, I don’t
know how, Rose has just made me cry, quite a hard one.
I think Rose is a pure-hearted life-loving
granny. I try to imagine how would it feel to live her life; being old, weak,
and all alone. Nonetheless, she’s still energetically life her remaining life and does
not look sad. Somehow I could feel her, i could feel her sincerity. We, unconsciously,
can sense other’s mood or feeling. You could sense that someone is not lying,
you could sense that there’s something wrong, and you could sense
unpleasant thing in everyone.
I know we’re all
literally alone. Our family, friends, partner... could never be with us
forever. So for your loved ones, while they’re still there with you, LOVE them.
HUG them while you still could. TALK and SHARE with them. Show them your CARE,
make them feel your attention about them, give them as much love as you have
for them. Don’t disappoint them, of often, take them for granted.
.....as most of
love is lost between what is said and not meant, and what is meant and not
said.
Saturday, March 29, 2014
Klasifikasi PHP
Halo, kali ini saya akan menulis dalam Bahasa Indonesia.
Sudah lama sekali ya tidak menulis dalam Bahasa sendiri, aneh rasanya. Ya,
terkadang menulis dalam Bahasa Inggris lebih mudah dalam pengungkapan isi hati
yang sebenarnya, paling tidak buat saya, begitulah adanya.
Ehm, baiklah. Kali ini saya akan menulis tentang PERUBAHAN.
Eit, tenang dulu, ini bukan artikel motivasi untuk menasihatimu berubah atau
sejenisnya yang kini sedang marak. Tulisan saya kali ini lebih ke arah curahan
pikiran dan perasaan saya tentang fenomena perubahan seseorang.
Terkadang kita terheran-heran. Seseorang bisa dengan tanpa
sebab musabab yang pasti berubah sikap terhadap kita. Atau kita yang tiba-tiba
berubah sikap terhadap seseorang.
Pernahkah kamu mendengar istilah ‘PHP’ atau pemberi harapan
palsu? Yap, saya yakin hampir semua orang sudah akrab dengan istilah gaul
tersebut, terutama buat yang sering galau. Hehehe.
Bukanlah kejam jika seseorang menebar pesonanya, memberikan
perhatian, bersikap manis dan sangat baik terhadapmu, atau dengan kata lain
BERHASIL membuat kamu jatuh cinta setengah mati terhadapnya lalu ketika kamu
mulai menunjukkan cintamu, orang tersebut malah menjauh dan berubah? Apakah itu
yang disebut PHP?
Namun, benarkah sebenarnya mereka itu pada awalnya berniat memberikan
harapan palsu? Bisa iya, bisa tidak. Untuk itu, saya mengkategorikan PHP dalam
beberapa tipe:
1. Pseudo-PHP
Terkadang, bisa saja memang pada awalnya ia tertarik padamu,
merasa ingin kenal lebih jauh dan ingin dirimu mengenalnya lebih jauh pula. Di
sinilah prosesnya, di mana sebenarnya dia hanya menjadi dirinya apanya, namun
kamulah orang yang ternyata merasa jatuh cinta kepadanya. Kamulah yang
mencintainya, bukan dia yang membuat kamu jatuh cinta. Kamu terjatuh, bukan
dijatuhkan. (Ok, Bahasa Indonesia saya memang sedikit kacau, saya tahu. Hehe)
Namun peliknya, ternyata kamu bukanlah orang yang dia suka.
(Ok, ini sakit, tapi begitulah adanya, jadi akui saja, jangan membantah.) Dia
hanya menganggapmu sebagai sekedar teman atau kenalan. Jadi, ketika dia tahu
kamu suka padanya, dia tidak merasa nyaman dan mulai menjauh. Dalam kasus ini,
orang-orang yang cintanya tak terbalaskan ini (sedikit) menghibur dirinya
dengan mengatakan bahwa orang tersebut adalah PHP. Saya sebut orang yang
disebut PHP ini adalah pseudo-PHP, bukan PHP yang sebenarnya. Hehe
2. PHP indirek
PHP jenis ini kasusnya kurang lebih dengan pseudo-PHP, hanya
saja di sini doi sebenarnya ada rasa tertarik pula, namun masih belum 100%
yakin dengan anda. Mungkin ada hal esensial yang masih menjadi penghalang,
misalnya keluarga, agama, finansial, dll sehingga ia memutuskan masih belum
bisa bersama anda. Namun kabar baiknya, sebenarnya ia juga mencintai anda jauh
di dalam lubuk hatinya. Fenomena yang sering terjadi pada kasus ini adalah yang
disebut tarik ulur dan sinyal-sinyal implisit. Kegalauan terjadi pada kedua
pihak.
3. PHP sejati
Ada pula PHP yang benar-benar PHP, alias PHP sejati atau PHP
sebenarnya. PHP jenis ini adalah tipe yang berbahaya, doi biasanya merasa dirinya
cantik atau tampan dan suka jika dipuja banyak lawan jenis. Mereka suka menebar
pesona, mencari perhatian, memberikan perhatian palsu, sedikit manja dan
menggoda seakan dia menyukai anda. Alhasil, banyak pula yang jadi kegeeran dan
jadi jatuh cinta kepada mereka. Namun jika kamu mengungkapkan perasaannya, dia
tidak bisa membalas. Biasanya tipe ini juga suka memanfaatkan, hanya baik jika
ada maunya. PHP tipe ini cukup berbahaya, karna biasanya mereka rupawan dan
cukup pintar memainkan perasaan orang lain.
4. PHP gagal
PHP tipe ini kurang lebih mirip dengan PHP sejati, namun
bedanya PHP ini bukannya membuat orang jatuh cinta tetapi membuat orang ilfil.
Jika PHP sejati menyadari ketampanan atau kecantikannya, tipe ini justru merasa
kegantengan atau kecakepan. Mereka mengimpikan untuk diidolakan dan merasa
bangga jika bisa membuat orang suka padanya, namun sayangnya, gagal. Mereka
biasanya kurang peka, dan memiliki seni interpersonal yang buruk dengan orang
lain. PHP tipe ini tidak berbahaya, karna tidak membuat pihak manapun sakit
hati, justru kadang bisa menghibur. PHP jenis ini harus dikasihani dan harus
disadarkan.
5. PHP-plakia
PHP ini adalah tipe PHP yang tidak bisa diklasifikasikan ke
dalam jenis PHP manapun.
Manusia adalah makhluk yang sangat dinamis, baik dari segi
fisik maupun mental. Seseorang dapat berubah secara tiba-tiba. Namun, apakah
benar dapat tanpa alasan? TIDAK! Saya yakin pasti ada pemicunya, baik yang
disadari maupun yang ditolak untuk disadari. Omong kosong jika seseorang dapat
berubah tanpa sebab.
Apakah kamu pernah di-PHP-in? Atau kamu pernah dicap sebagai
PHP?
Masuk di tipe manakah kamu? Hanya kamu yang tahu ;)
Cheers,
Liz
p.s. just for fun :D
oya, ini lagu pelipur (penggalau) lara buat yang di-PHP-in ;)
Friday, March 28, 2014
Taste
Hi all,
Now I'm writing in the middle of the night because I can't sleep. There are so many things overwhelming my brain right now, and still can't get rid of it, so I decided to blog.
Yes, I'm discussing about what is written on the title, it's about TASTE.
What is taste? Why am I discussing it btw? Is that important?
Well, it's just a pop of my thought, finding something unusual to write. hehe.
Ok back to topic, what is taste?
Taste is when I like this kind of song rather than that kind of song.
Taste is when I prefer this kind of fashion rather than that kind.
Taste is when I love this kind of person rather than that.
and so on.
Taste is original, you don't know why you like it, you can't find reasons.
If you like something because it's up-to-date so u feel like following it, it's not taste.
If you like something because someone great likes it too, that's not taste.
Having particular taste is important.
Sharpen your sense, find your genuine taste!
Because taste is signature.
Your taste describes you.
I've figured out mine, how about u?
Now I'm writing in the middle of the night because I can't sleep. There are so many things overwhelming my brain right now, and still can't get rid of it, so I decided to blog.
Yes, I'm discussing about what is written on the title, it's about TASTE.
What is taste? Why am I discussing it btw? Is that important?
Well, it's just a pop of my thought, finding something unusual to write. hehe.
Ok back to topic, what is taste?
Taste is when I like this kind of song rather than that kind of song.
Taste is when I prefer this kind of fashion rather than that kind.
Taste is when I love this kind of person rather than that.
and so on.
Taste is original, you don't know why you like it, you can't find reasons.
If you like something because it's up-to-date so u feel like following it, it's not taste.
If you like something because someone great likes it too, that's not taste.
Having particular taste is important.
Sharpen your sense, find your genuine taste!
Because taste is signature.
Your taste describes you.
I've figured out mine, how about u?
Subscribe to:
Posts (Atom)