Sunday, July 10, 2011

Pencarian Jati Diri

Ingatkah kita ketika masih kecil hingga ABG alias remaja, kita selalu meniru banyak hal dari orang-orang yang kita kagumi atau kita anggap keren? Rata-rata setiap orang pasti memiliki seorang atau lebih idola, baik itu merupakan public figure ataupun orang-orang yang ada di dekat mereka.

Seorang remaja yang masih belum menemukan jati diri alias karakter diri yang cocok baginya, pasti cenderung berusaha untuk mencarinya dengan secara tidak langsung meniru apapun dari orang yang disukainya. Mereka akan menyukai apa yang idola mereka sukai, meniru gaya bahasa ataupun berpakaiannya, selera, cara berpikirnya, dll. Hal tersebutlah yang menyebabkan fenomena ababil *abg labil* di mana seorang yang masih muda yang belum berkarakter pasti dan cenderung terbawa arus. Itu jugalah yang menyebabkan seorang remaja mudah terjerumus ke hal-hal negatif.

Sebenarnya hal tersebut adalah wajar, saya rasa setiap orang hampir pasti akan melewati fase-fase pencarian jati diri tersebut hingga akhirnya ia menemukan karakter yang pas untuk dirinya di mana seseorang sudah dapat menentukan mana yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri, lebih berpendirian, tidak mudah terombang-ambing, dan bahkan bisa menjadi panutan bagi orang lain.

Seseorang yang belum berkarakter cenderung merasa kurang percaya diri, merasa diri mereka kecil, alias rendah diri. Hingga akhirnya mereka mencoba berbagai hal yang menurut mereka keren, dan menunggu respon publik. Nah, proses pembentukan karakter juga bergantung pada lingkungan di mana seorang itu berada. Hal yang baik menurut komunitas tersebut tentu akan direspon positif dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang berada di komunitas penjudi, tentu karakter menghambur-hamburkan uang dan bersifal royal akan disukai. Bila seseorang berada di komunitas orang-orang intelek maka karakter yang berpengetahuan luas tentu akan disukai. Dari rasa dihargai dan penerimaan publik tersebutlah sifat itu akan terus diulang dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan dan karakter kita.

Semakin bertambahnya umur, regenerasi di dalam suatu komunitas pun terjadi. Seorang yang karakternya telah terbentuk akan menjadi panutan generasi berikutnya di komunitas itu. Begitu seterusnya.

Untuk itu, peran orang tua sangatlah penting dalam membimbing anak-anaknya menemukan jati diri dan karakter yang baik. Sekolahkanlah mereka di sekolah bermutu di mana orang-orang di dalamnya juga berasal dari komunitas yang baik, tinggallah di lingkungan yang baik, bimbinglah mereka untuk mengenal ajaran agama, pantaulah pergaulan mereka, seringlah berkomunikasi dengan mereka, berikanlah mereka contoh yang baik, serta yang paling penting juga berilah kasih sayang yang cukup untuk mereka. =)

Tulisan ini hanyalah buah pemikiran saya saja, tidak ada teori yang mendasarinya, mungkin bisa dikatakan merupakan pengalaman pribadi. Hehehehe.
Silakan bagi yang ingin menyanggah, menambahkan, atau memberi komentar =)

Thursday, July 7, 2011

Writing is Important

Hi all...here I am again =D
Just now, i accidentally checked out my old writing in this blog. Yeah, i've been blogging since several years ago, when i was high school. Guess what, it's so entertaining and inspiring... Ya, because of reading those, i'm writing this post right now =)

Those capture of my old times is saved in words. Even though i've passed it last time, now i've forgotten about that and it's so hilarious to get reminded of them. I abruptly laugh and smile alone..haha
That's why i think that writing is important. Trust me, you'll get amazed when you re-read it next time u've even forgotten about that. It does not only remind you of the old moments but also the old feeling..so comfy ;)

So, for those who hasn't tried to write at all, WRITE!! write about anything, at least try it =)

writing has never been this interesting for me.... ^^

Monday, July 4, 2011

Pertemanan Harus Ada yang Memupuk

Halo readers...kali ini saya akan membahas tentang pertemanan atau persahabatan yang tanpa kita sadari semakin mengendur. Saya menulis hal ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, hehehe....

Saat ini saya sedang menjalani liburan kenaikan tingkat dan banyak sekali waktu kosong, sangat kontras dengan keseharian saya saat sedang menjalani perkuliahan di mana kesibukan diskusi, kuliah, praktikum, tugas, belajar, ujian, organisasi, dll semua saling berkejaran dengan waktu. Ketika kepenatan kuliah sedang melanda, tentu saja liburan sehari dua hari seperti weekend merupakan hal yang dinanti-nanti, apalagi liburan panjang seperti ini.
Di sela-sela kesibukan seperti itu, sudah tidak ada waktu banyak untuk saling menyapa teman di chat, apalagi janjian bertemu untuk bercengkerama. Ketidaksinkronan jadwal kesibukan pun menjadi kendala, sehingga sangat sulit untuk tetap keep contact secara intensif dengan teman lama.

Namun saat liburan ini saya merasa sangat bosan, mungkin karena telah terbiasa hidup hectic...hehe
Ada yang lain rasanya, saya merasa kesepian, merasa tak banyak teman yang menghubungi saya, dan ternyata saya pun sendiri sudah lama dan banyak tidak menghubungi teman saya. Apa yang telah terjadi?

Faktor kesibukan masing2 lah yang kerap kali menjadi kendala utama dalam pertemanan, namun rupanya selain itu, saya juga menyadari faktor penyebab lainnya, yaitu adanya rasa rendah diri atau tidak enakan atau negative thinking. Apa maksudnya? Saya yakin, banyak dari kita yang pernah mengalaminya. Ketika kita sedang sedikit lengang, kita kadang kala merasa tidak enakan untuk menghubungi teman2 kita, baik itu hanya sekedar mengatakan "halo". Di saat kita sibuk, kita tidak punya waktu untuk menyapa, tetapi di saat kita lowong pun kita tidak juga menyapa. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal itu, bisa saja kita gengsi untuk menyapa dulu atau kita merasa tidak enakan mengganggu dia karena ia terlihat sibuk sekali. Kita terlalu takut bahwa keramahan kita akan ditolak dan tak berbalas. Kadang kala kita berpikir "Toh dia ga pernah nyari-nyari saya lagi, berarti dia sendiri yang sudah melupakan saya dan merasa tidak butuh lagi, untuk apa saya mencari-cari dia?" Padahal, teman kita itu bisa saja berpikiran hal yang sama. Jadilah hubungan kita dengan teman menjadi meregang karena tidak ada yang berani menyapa duluan.

Jujur saya adalah tipe orang yang tidak rajin menyapa, namun saya merasa itu salah. Tidak masalah siapa yang menyapa duluan, toh setelah menyapa maka teman kita itu pun akan merasa senang dan dihargai. Meskipun ia sedang sibuk saat itu, ia tentu tetap merasa mendapat perhatian, dan besar kemungkinannya ia akan balik menyapa kita duluan di saat ia lengang. Rasa nyaman sebagai teman/sahabat perlu diciptakan dan tentu saja dipupuk secara periodik agar tidak pudar.

Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut tidak berlaku, karena mereka memang orang yang selalu rajin menyapa dan tidak peduli betapapun ia sering dicuekin atau benar-benar dianggap mengganggu....hehehe
Seni berhubungan dengan sesama manusia memang unik dan tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya. Namun dengan banyak berinteraksi dengan berbagai jenis orang, lama kelamaan insting kecerdasan interpersonal kita pun akan semakin terasah dan kita akan dapat berhubungan baik dengan siapapun =)