Saturday, December 27, 2014

Saya Kini Dokter Gigi



Heyhoooo... masih ingat tentang tulisan saya terdahulu “Saya Kini Mahasiswa” ???
Yess..ini adalah sequelnya...hehehe
Tak terasa sudah 5 tahun berlalu sejak kala itu saya mulai menjalani perkuliahan di ibukota, kini saya telah lulus sebagai dokter gigi!! :D

Perjuangan untuk mendapatkan gelar drg bisa dikatakan cukup panjang dan penuh dengan lika-liku, mulai dari fase awal menjalani orientasi kampus, perkuliahan pre-klinik, praktikum, diskusi PBL, tugas-tugas menggunung, praktikum, skripsi penelitian, per-koass-an, ujian tiap departemen, ujian komprehensif, hingga uji kompetensi! Jalan yang tidak mudah dan penuh keringat serta air mata.
Teman-teman sejawat saya yang telah melewati fase yang sama pasti setuju dengan hal itu.
Namun di atas semua usaha dan jerih payah yang telah dikeluarkan, apa yang didapat pada akhirnya terasa indah :)

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada alam semesta, kedua orang tua saya, keluarga saya, para dosen, pasien-pasien, para karyawan, serta teman-teman (terutama teman seangkatan saya FKG UI 2009), dan berbagai pihak yang belum tersebut, atas jasa-jasa kalian yang tidak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata. Tanpa adanya kalian, saya tidak mungkin bisa melewati proses pendidikan ini hingga sekarang.

Yak! Saya kini dapat dengan lantang menyatakan, SAYA ADALAH DOKTER GIGI :D
Nammyohorengekyo.



drg. Lilis Iskandar
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
2009-2014

Tuesday, July 8, 2014

Aku dan Agamaku, Mengapa Buddha.

Saya di sini tidak sedang mempromosikan agama Buddha, tidak pula berupaya melakukan kampanye hitam terkait agama yang lain, ataupun berusaha menarik orang-orang untuk memeluk agama Buddha.
Mengapa? Karena agama adalah suatu relasi yang paling intim antara dirimu dengan dirimu yang sesungguhnya, alam semesta, kekuatan luar biasa di alam semesta, atau mungkin sebagian orang menyebut-Nya dengan Tuhan. Tidak ada yang bisa mendikte di mana hatimu akan berada, karena itu ada di mana ia harusnya berada. Hanya kamu dan dirimu yang tahu apa yang sesuai untukmu.

Saya hanya ingin berbagi sedikit tentang pemikiran saya dan perenungan hati saya terkait spiritualitas pribadi saya (ya, karena ini blog pribadi saya). Saya kini berusia 23 tahun, usia yang cukup matang buat saya karena saya merasa telah menemukan karakter dan jati diri saya, termasuk di dalamnya tentang keyakinan.

Sejak kecil saya dibesarkan dalam keluarga sederhana, pekerja keras, berwatak keras, mandiri namun cukup liberal dan penuh kasih sayang. Kedua orang tua saya mendidik saya dengan dasar agama Buddha, yakni lebih spesifiknya adalah Nichiren Shoshu Buddhism yang menyebut Nammyohorengekyo. Dari saya bayi hingga remaja saya selalu diajak ke Wihara untuk ikut beribadah (meskipun saya hanya kebanyakan bermain dan tidak mengerti apa-apa). Ya, kedua orang tua saya cukup rajin dalam beribadah.

Karena sulit menemukan sekolah yang baik di kota kecil saya (Jambi), saya sedari TK disekolahkan di sekolah Katolik, yakni TK dan SD Xaverius 2 (karena juga dekat rumah), lalu lanjut ke SMP dan SMA Xaverius 1 (karena sekolah terbaik). Ketika SD dan awal SMP, sempat terbersit dan sangat besar keinginan saya untuk ikut ke gereja bersama-sama teman saya, sepertinya menyenangkan.

Jujur saja, saya ketika kecil adalah anak yang pemalu dan sangat gengsian. Saya tidak merasa “KEREN” ataupun “BANGGA” menjadi seorang Buddhist, yang mana sebenarnya saya juga belum bisa dibilang Buddhist karena tidak mengerti apapun dan hanya ikut orang tua. Citra agama Nasrani seperti Katolik atau Kristen (di lingkungan sosial saya) bisa dikatakan cukup baik, di mana mereka yang memeluk agamanya dan pergi ke gereja terlihat keren saat itu buat saya (well, mungkin hingga saat ini masih terlihat keren bagi sebagian orang); sedangkan orang beragama Buddha yang pergi ke Wihara itu terlihat kuno dan tahayul, apalagi agama Buddha Nichiren Shoshu bukanlah sekte yang banyak dikenal banyak orang.

Saya kecil, ketika berumur kurang lebih 12 tahun, pernah mengemukakan keinginan saya untuk pergi ke gereja kepada orang tua saya. Saya mengatakan ingin ikut teman untuk sekolah Minggu. Orang tua saya saat itu tidak mengizinkan, dan malah menyuruh saya pergi ke Wihara dan ikut kegiatan generasi muda di sana. Terus terang saja saat itu saya sempat kesal dan sedikit marah, namun apa daya saya tidak bisa melawan kehendak orang tua saya. Saya akhirnya dengan terpaksa mengikuti ibadah serta diskusi ceramah mingguan untuk generasi muda di Wihara saya. Dari sana, saya pelan-pelan diajarkan tentang dasar-dasar agama Buddha dan segala macam tentang Dharma (ajaran agama Buddha). Beruntungnya, saya adalah tipe orang yang suka belajar; pada saat itu ajaran Buddha adalah hal yang cukup menarik bagi saya sehingga saya terus bertanya dan belajar lebih dalam.

Seiring berjalannya waktu, saya yang awalnya terpaksa ikut kelas Dharma karna disuruh orang tua, menjadi semakin mencintai kelas tersebut. Saya dengan sendirinya selalu ingin datang dan belajar lebih jauh tentang Buddhism. Bagi saya yang awam dan penuh dengan pertanyaan konyol tentang kehidupan dan alam semesta, Buddha Dharma memberikan semua jawaban. Tidak ada pertanyaan yang tidak dapat dijelaskan oleh Buddha Dharma, dan semua jawaban itu tampak paling masuk akal dan selaras dengan jalan pikiran kewajaran saya dibandingkan dengan semua versi cerita yang pernah saya dengar di pelajaran agama sekolah ataupun cerita lainnya. Semakin hari, semakin dalamlah pemahaman saya tentang agama Buddha.

Seiring dengan proses pembelajaran saya dan pelaksaan ibadah atau meditasi yang rutin saya jalankan, mulailah muncul segala macam kejadian dalam kehidupan saya yang membuktikan kebenaran Buddha Dharma. Dengan demikian, secara otomatis keyakinan saya pun pasti semakin bertambah tentang ajaran agama ini. Bagaikan anak kecil polos yang tak tahu apapun tentang dunia, lalu diberi makanan bergizi setiap hari dengan dikatakan bahwa makanan tersebut dapat membuatnya sehat dan tumbuh besar; lalu ia tumbuh dewasa dan sehat, serta merta membuktikan kebenaran pernyataan dan pelaksanaa dari proses memakan makanan bergizi tersebut, maka yakinlah ia akan kebenarannya. Kurang lebih itulah yang saya alami.

Meskipun kurang lebih dari SMP hingga SMA saya benar-benar mendalami ajaran Buddha Nichiren Shoshu dan telah sangat yakin terhadap kebenarannya, hal tersebut tidak lalu menutup mata saya dan membuat saya berhenti belajar. Ketika saya masuk kuliah di UI, di semester pertama saya mendapat mata kuliah agama Buddha dan saya tergabung dalam KMBUI (Keluarga Mahasiswa Buddhist Universitas Indonesia), di mana pengetahuan saya terkait agama Buddha sekte lain dan secara keseluruhan semakin bertambah dan pikiran saya semakin terbuka lebar.
Sudah saya katakan bahwa saya adalah tipe orang pembelajar, dan juga saya suka belajar banyak hal dari berbagai sudut pandang. Saya tidak mudah percaya terhadap suatu pernyataan dari satu pihak sebelum saya membuktikannya sendiri. Sejak duduk di bangku kuliah, saya semakin memperdalam banyak ajaran agama dan filosofis dari berbagai sumber, terutama buku dan internet. Saya mempelajari tidak hanya agama Buddha sekte lain, sejarah agama Buddha sejak awal, hingga seluruh ajaran agama lain pun saya pelajari mulai dari Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Konghucu, Judism, bahkan paham-paham Atheism dan Liberalism. Saya juga memperdalam (karena saya juga sangat tertarik) terhadap ilmu-ilmu filosofi, psikologi, astronomi, metafisika, dan fisika kuantum.
Jangan sebut saya maniak, tetapi tidak bisa dipungkiri saya memang tertarik ke arah sana, mungkin kamu akan mengerti jika melihat rak buku saya, hehehe.

Setelah lama saya berkutat dan semua ajaran tersebut, pikiran saya menjadi terbuka dan semakin tidak dapat men-judge seseorang dan sesuatu, apapun itu, termasuk agama.
Saya dapat katakan bahwa menurut pendapat saya pribadi, semua agama itu tujuan utamanya 1, yaitu agar kita dapat hidup damai dan bahagia selaras dengan alam semesta (atau beberapa orang menyebutnya ‘bersatu dengan Tuhan’). Setiap agama juga berusaha menjawab segala pertanyaan mendasar kita tentang eksistensi di dunia ini. Bagaimana cara penyampaiannya? Semua memiliki versi sendiri-sendiri. Mengapa terjadi perbedaan? Karena kita sebagai manusia tidak dapat menjelaskan hakikat alam semesta dengan kemampuan indrawi yang kita miliki saat ini; ibarat orang yang belum pernah mengetahui bagaimana rasa durian secara pasti jika tidak langsung mencicipinya. Sebut saja kamu sudah berusaha sekuat tenaga menjelaskan dengan kosa kata yang kita punya seperti “Hmm...Durian itu rasanya manis, sedikit pahit, ada aroma menusuk khas, hmmm... ya begitulah” Kita tidak akan pernah bisa menjelaskan secara tepat tanpa menyuapi durian itu sendiri kepada orang yang tidak tahu tersebut!! Sayangnya, keterbatasan indrawi kita saat ini sebagai manusia di bumi, belum mampu mengerti seutuhnya apa itu “Tuhan”, apa itu alam semesta, berapa luasnya, berapa kecilnya, apa itu waktu, bagaimana keadaan dimensi lain, dan lain sebagainya.
Karena hal tersebut di luar kemampuan dan kendali kita, maka agama memberikan esensi penting yang dapat kita jalankan, yakni berusaha sebaik mungkin menjalani fase kehidupan kita sebagai manusia saat ini, yakni dengan berbuat kebaikan.

Lagi, bagaimana agama dapat memotivasi kita agar sadar dan dapat berbuat kebaikan sehingga dapat hidup selaras berdampingan dalam kehidupan ini, akan saya berikan dalam analogi sebagai berikut. Bagaikan seorang ibu yang ingin anaknya menghabiskan makanannya agar anaknya dapat sehat, berusahalah sang ibu untuk membujuk anaknya agar ingin makan. Cerita apa yang akan diberikan, dan bagaimana penerimaan si anak terhadap upaya sang ibu, sangat tergantung dari bakat kecerdasan dan penerimaan si anak.
Ada anak yang dengan bakatnya dapat langsung mengerti dan menerima ketika dijelaskan secara apa adanya oleh sang ibu bahwa jika ia makan makanannya maka nutrisi dari makanan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral adalah dapat memberikan energi dan menunjang sistem imunnya agar ia dapat sehat dan beraktivitas; Ada pula anak yang tidak akan mengerti dan menurut jika dijelaskan demikian sehingga tidak memakan makanannya. Namun demikian, sang ibu karena sangat cinta terhadap anaknya, akan terus mencari cara agar anaknya dapat makan. Ada ibu yang menceritakan bahwa jika ia tidak makan, nanti nasinya akan menangis dan petani yang menanamnya juga akan menangis; lalu dengan belas kasihan seperti itu maka si anak akhirnya makan juga. Ada pula anak yang masih juga tidak peduli dan tetap tidak mau makan. Sang ibu pun tidak kehabisan akal, ia lalu menggunakan teknik ancaman, bahwa jika si anak tidak makan, nanti lidahnya akan dipotong. Atas dasar rasa takut seperti itu, akhirnya si anak bandel ini makan juga.
Yang mau saya sampaikan di sini, pada akhirnya ketiga anak tersebut mencapai tujuan yang sama, yaitu makan dan tumbuh sehat! Perihal caranya bagaimana, semua tergantung dari penyampaian sang ibu dan kemampuan penerimaan si anak.

Lalu mengapa saya memilih Buddhism?
Saat ini, menurut saya, ajaran agama Buddha adalah ajaran yang paling mendekati hal yang sesungguhnya, di mana sang ibu mencoba menjelaskan segala sesuatunya dari sudut pandang sebenarnya tanpa ditutup-tutupi agar terlihat lebih menarik ataupun menimbulkan rasa takut. Buddhism juga tidak pernah memberikan dogma kaku yang tidak boleh dipertanyakan atau dilawan; Buddha mengatakan EHIPASSIKO, yakni datang dan buktikanlah! Buddha menganjurkan kita agar tidak langsung percaya terhadap apapun yang kita dengar sebelum kita membuktikan dan merasakan bahwa itu benar adanya. Buddhism juga tidak pernah memberikan ajaran yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan, segala sesuatunya selaras dengan sains dan mayoritas dapat diterima secara nalar karena merupakan perihal kewajaran. Inti ajaran Buddha adalah mengajarkan cara untuk dapat sadar penuh; dengan kesadaran penuh, kita dapat mengerti tentang hukum sebab-akibat (karma), kita dapat mengerti harmoni alam semesta dan berperilaku yang sesuai dengan sifat alam semesta, yaitu cinta kasih.

Saya saat ini sebenarnya cukup sedih melihat beberapa generasi muda Buddhist yang belum mendalami dan memahami hakikat ajaran Buddha yang sangat agung ini lalu memutuskan untuk pindah agama. Rasanya ingin berbagi tentang pemahaman Buddhism yang sangat mencerahkan hati ini terhadap semua orang! “Hey teman, kau telah memiliki obat yang paling manjur, ibu yang paling jujur dan baik, sayang kau belum menyadarinya!”
Yah, namun saya juga percaya bahwa segala sesuatunya itu ada sebab dan jodohnya, jadi biarkanlah alam semesta berjalan seperti apa adanya.

Dapat berjodoh dengan ajaran agama Buddha, apalagi memahaminya di kehidupan saya saat ini merupakan suatu kebahagiaan terbesar. Saya sangat berterima kasih terhadap kedua orang tua saya, serta semua pihak yang senantiasa selalu mengajarkan dan membimbing saya.

Saya saat ini dapat dengan lantang menyatakan bahwa SAYA ADALAH SEORANG BUDDHIST, dan saya BANGGA dengan itu.

Siapapun yang berusaha memaksa saya untuk melepas keyakinan saya terhadap Buddhism dan membuat saya percaya terhadap keyakinannya, mohon maaf sekali, saya bukannya tidak mau, tetapi saya TIDAK BISA; karena inilah keyakinan tulus yang lahir dari dalam diri saya sendiri. Dan saya, tidak mungkin dapat membohongi diri saya sendiri.

Semoga kita semua dapat mencapai pencerahan sempurna,

Nammyohorengekyo.


Saturday, June 28, 2014

Show Your Love

Her name is Rose. She is 91 years old; in a couple of days later will be 92.
She was just having a stroke attack... But she’s still excited about celebrating her upcoming 92.
She came to the hospital alone. She is literally alone, yes ALONE in this present time in this world.
She used to have parents, 5 brothers, 5 sisters-in-law, 1 sister, and 1 brother-in-law; but they’re all gone. Rose is solitary in her life, and she’s 91 years old with a stroke.

That a short real story I just watched in TV program at NatGeo channel called ‘24 hours in A&E’ (Accident and Emergency), a British medical documentary set in King’s College Hospital.
What’s interesting about that? Well, I don’t know how, Rose has just made me cry, quite a hard one.
I think Rose is a pure-hearted life-loving granny. I try to imagine how would it feel to live her life; being old, weak, and all alone. Nonetheless, she’s still energetically life her remaining life and does not look sad. Somehow I could feel her, i could feel her sincerity. We, unconsciously, can sense other’s mood or feeling. You could sense that someone is not lying, you could sense that there’s something wrong, and you could sense unpleasant thing in everyone.

I know we’re all literally alone. Our family, friends, partner... could never be with us forever. So for your loved ones, while they’re still there with you, LOVE them. HUG them while you still could. TALK and SHARE with them. Show them your CARE, make them feel your attention about them, give them as much love as you have for them. Don’t disappoint them, of often, take them for granted.

.....as most of love is lost between what is said and not meant, and what is meant and not said.


Saturday, March 29, 2014

Klasifikasi PHP

Halo, kali ini saya akan menulis dalam Bahasa Indonesia. Sudah lama sekali ya tidak menulis dalam Bahasa sendiri, aneh rasanya. Ya, terkadang menulis dalam Bahasa Inggris lebih mudah dalam pengungkapan isi hati yang sebenarnya, paling tidak buat saya, begitulah adanya.

Ehm, baiklah. Kali ini saya akan menulis tentang PERUBAHAN. Eit, tenang dulu, ini bukan artikel motivasi untuk menasihatimu berubah atau sejenisnya yang kini sedang marak. Tulisan saya kali ini lebih ke arah curahan pikiran dan perasaan saya tentang fenomena perubahan seseorang.
Terkadang kita terheran-heran. Seseorang bisa dengan tanpa sebab musabab yang pasti berubah sikap terhadap kita. Atau kita yang tiba-tiba berubah sikap terhadap seseorang.

Pernahkah kamu mendengar istilah ‘PHP’ atau pemberi harapan palsu? Yap, saya yakin hampir semua orang sudah akrab dengan istilah gaul tersebut, terutama buat yang sering galau. Hehehe.
Bukanlah kejam jika seseorang menebar pesonanya, memberikan perhatian, bersikap manis dan sangat baik terhadapmu, atau dengan kata lain BERHASIL membuat kamu jatuh cinta setengah mati terhadapnya lalu ketika kamu mulai menunjukkan cintamu, orang tersebut malah menjauh dan berubah? Apakah itu yang disebut PHP?

Namun, benarkah sebenarnya mereka itu pada awalnya berniat memberikan harapan palsu? Bisa iya, bisa tidak. Untuk itu, saya mengkategorikan PHP dalam beberapa tipe:

1. Pseudo-PHP
Terkadang, bisa saja memang pada awalnya ia tertarik padamu, merasa ingin kenal lebih jauh dan ingin dirimu mengenalnya lebih jauh pula. Di sinilah prosesnya, di mana sebenarnya dia hanya menjadi dirinya apanya, namun kamulah orang yang ternyata merasa jatuh cinta kepadanya. Kamulah yang mencintainya, bukan dia yang membuat kamu jatuh cinta. Kamu terjatuh, bukan dijatuhkan. (Ok, Bahasa Indonesia saya memang sedikit kacau, saya tahu. Hehe)
Namun peliknya, ternyata kamu bukanlah orang yang dia suka. (Ok, ini sakit, tapi begitulah adanya, jadi akui saja, jangan membantah.) Dia hanya menganggapmu sebagai sekedar teman atau kenalan. Jadi, ketika dia tahu kamu suka padanya, dia tidak merasa nyaman dan mulai menjauh. Dalam kasus ini, orang-orang yang cintanya tak terbalaskan ini (sedikit) menghibur dirinya dengan mengatakan bahwa orang tersebut adalah PHP. Saya sebut orang yang disebut PHP ini adalah pseudo-PHP, bukan PHP yang sebenarnya. Hehe

2. PHP indirek
PHP jenis ini kasusnya kurang lebih dengan pseudo-PHP, hanya saja di sini doi sebenarnya ada rasa tertarik pula, namun masih belum 100% yakin dengan anda. Mungkin ada hal esensial yang masih menjadi penghalang, misalnya keluarga, agama, finansial, dll sehingga ia memutuskan masih belum bisa bersama anda. Namun kabar baiknya, sebenarnya ia juga mencintai anda jauh di dalam lubuk hatinya. Fenomena yang sering terjadi pada kasus ini adalah yang disebut tarik ulur dan sinyal-sinyal implisit. Kegalauan terjadi pada kedua pihak.

3. PHP sejati
Ada pula PHP yang benar-benar PHP, alias PHP sejati atau PHP sebenarnya. PHP jenis ini adalah tipe yang berbahaya, doi biasanya merasa dirinya cantik atau tampan dan suka jika dipuja banyak lawan jenis. Mereka suka menebar pesona, mencari perhatian, memberikan perhatian palsu, sedikit manja dan menggoda seakan dia menyukai anda. Alhasil, banyak pula yang jadi kegeeran dan jadi jatuh cinta kepada mereka. Namun jika kamu mengungkapkan perasaannya, dia tidak bisa membalas. Biasanya tipe ini juga suka memanfaatkan, hanya baik jika ada maunya. PHP tipe ini cukup berbahaya, karna biasanya mereka rupawan dan cukup pintar memainkan perasaan orang lain.

4. PHP gagal
PHP tipe ini kurang lebih mirip dengan PHP sejati, namun bedanya PHP ini bukannya membuat orang jatuh cinta tetapi membuat orang ilfil. Jika PHP sejati menyadari ketampanan atau kecantikannya, tipe ini justru merasa kegantengan atau kecakepan. Mereka mengimpikan untuk diidolakan dan merasa bangga jika bisa membuat orang suka padanya, namun sayangnya, gagal. Mereka biasanya kurang peka, dan memiliki seni interpersonal yang buruk dengan orang lain. PHP tipe ini tidak berbahaya, karna tidak membuat pihak manapun sakit hati, justru kadang bisa menghibur. PHP jenis ini harus dikasihani dan harus disadarkan.

5. PHP-plakia
PHP ini adalah tipe PHP yang tidak bisa diklasifikasikan ke dalam jenis PHP manapun.

Manusia adalah makhluk yang sangat dinamis, baik dari segi fisik maupun mental. Seseorang dapat berubah secara tiba-tiba. Namun, apakah benar dapat tanpa alasan? TIDAK! Saya yakin pasti ada pemicunya, baik yang disadari maupun yang ditolak untuk disadari. Omong kosong jika seseorang dapat berubah tanpa sebab.
Apakah kamu pernah di-PHP-in? Atau kamu pernah dicap sebagai PHP?
Masuk di tipe manakah kamu? Hanya kamu yang tahu ;)

Cheers,
Liz
p.s. just for fun :D


oya, ini lagu pelipur (penggalau) lara buat yang di-PHP-in ;)



Friday, March 28, 2014

Taste

Hi all,
Now I'm writing in the middle of the night because I can't sleep. There are so many things overwhelming my brain right now, and still can't get rid of it, so I decided to blog.

Yes, I'm discussing about what is written on the title, it's about TASTE.
What is taste? Why am I discussing it btw? Is that important?
Well, it's just a pop of my thought, finding something unusual to write. hehe.
Ok back to topic, what is taste?
Taste is when I like this kind of song rather than that kind of song.
Taste is when I prefer this kind of fashion rather than that kind.
Taste is when I love this kind of person rather than that.
and so on.
Taste is original, you don't know why you like it, you can't find reasons.

If you like something because it's up-to-date so u feel like following it, it's not taste.
If you like something because someone great likes it too, that's not taste.

Having particular taste is important.
Sharpen your sense, find your genuine taste!
Because taste is signature.
Your taste describes you.

I've figured out mine, how about u?


Thursday, March 6, 2014

A Good Dentist



A good dentist must be a good driver, as he/she should balance the pedal of the bur motor.
A good dentist must be a good detective, as he/she should investigate all types of patients and find the essential points in anamnesis.
A good dentist must be a good sculptor, as he/she should carve the identical tooth anatomy of the restoration.
A good dentist must be a good manager, as he/she should manage all the tight schedule and complicated dental office details.

A good dentist must be a good parent, as he/she should expert in handling the pedos.
A good dentist must be a good sibling, as he/she should assume and treat all medical colleagues as family.
A good dentist must be a good friend, as he/she should listen, care, understand about patient’s problem, then always try to solve it.
A good dentist must be a good kisser, as he/she should have a perfect oral hygiene.


So, are you a good dentist yet?

Wednesday, February 26, 2014

Daydreamer

Have you ever heard a very beautiful song by Adele titled Daydreamer?
If it's a no, then check this out.




Yes, I really like this song!

Today, in this rainy day, I drove alone to my campus as usual really early in the morning, and was feeling like listening to Adele's songs.
And today, I fell deep in love into this song.

Talking about songs, I always love to listen carefully and understand the lyrics. Here are the lyrics of the song:

Daydreamer
Sitting on the sea
Soaking up the sun
He is a real lover
Of making up the past
And feeling up his girl
Like he's never felt her figure before

A jaw dropper
Looks good when he walks
Is the subject of their talk
He would be hard to chase
But good to catch
And he could change the world
With his hands behind his back, oh

You can find him sittin' on your doorstep
Waiting for a surprise
And he will feel like he's been there for hours
And you can tell that he'll be there for life

Daydreamer
With eyes that make you melt
He lends his coat for shelter
Plus he's there for you
When he shouldn't be
But he stays all the same
Waits for you
Then sees you through

There's no way I
Could describe him
What I'll say is
Just what I'm hoping for

But I will find him sittin' on my doorstep
Waiting for a surprise
And he will feel like he's been there for hours
And I can tell that he'll be there for life
And I can tell that he'll be there for life



After listening to this song (several times in my car. Yes, I do repeat song I love), I remember my childhood.
I used to daydreaming a lot. Yes I did.
Maybe while I was 3 until 5 years old.
I was feeling so comfy daydreaming in hours on my bed.
I think it was some kind of hobby or refreshment for me.
I remember I used to spare special certain time to do daydreaming.
I loved to imagine things I want.
I visioned things or activity I desired to do with people I wanted with at the place I wanted it happened.

Does it sound weird? For me it doesn't.
Now I seldom or never do such daydreaming anymore.
Don't know if I'm too busy or worse, I've lost my dream.

A child is a pure soul with no dirt.
A child does thing they feel it's right
A child can't separate wrong or right, because nothing is.
If only life is like a child's soul, there will be no right or wrong.
There will be no limit.
There will be no gap.
Because everything single thing is equal.
Nor good or bad, nor rich or poor, nor man or woman, nor you and me.

Dream high.
Dream to love.
Dare to dream.
Dare to love.

Liz

Friday, January 17, 2014

Simple is Beautiful

Sometimes, people don’t need that luxurious things
Sometimes, people don’t need that make up
Sometimes, people don’t need that chick shoes or bag
Sometimes, people don’t need that fake expensive beauty

Sometimes, people just need that genuine smile
Sometimes, people just need that humble attitude
Sometimes, people just need that positive aura
Sometimes, people just need that simplicity

Because being simple is beautiful